Translate

Monday, November 30, 2015

S3 atau SEMUA SAKIT SEMUA

adaptasi bebas dari naskah “ Aduh “ karya Putu Wijaya

Sebuah produksi dari KlubTeater Majalengka & Limapuluhart Production
untuk FilmTeater Semua Sakit Semua dari Ocky SandiLemon

oleh ; DNJ - PENJAGA TOKO

Kadipaten, Oktober 2015

“ S3 atau Semua Sakit Semua “ adalah sebuah judul yang diadaptasi bebas dari naskah “Aduh“ karya Putu Wijaya. Diketik ulang dan diadaptasi bebas untuk kebutuhan produksi KlubTeater Majalengka dan Limapuluh Art Production untuk FilmTeater “ S3 “ dari/oleh Ocky SandiLemon. FilmTeater ini merupakan kreativitas dari sebuah produktifitas seni, yang mengkombinasikan seni teater dengan seni peran untuk film. Seni yang ber-combine ini merupakan sebuah ide untuk merujuk pada sebuah realitas yang tidak menghilangkan estetikanya. Sebuah perayaan kesadaran yang mencoba memberikan pemahaman kepada penikmatnya bahwa ini adalah realitas yang mesti dinikmati sebagai seni, dan tanpa sadar dalam seni tersebut mengandung agitasi yang harus dipahami sebagai persoalan kemanusiaan. Gagasan ini sebagai bentuk ekspresi yang mesti ditangkap oleh pancaindra, emosi dan intelek.

“ S3 “ mengisahkan sekelompok orang yang penuh keraguan untuk menolong seseorang yang sedang sakit. Keraguan tersebut memunculkan pertentangan antara harus menolong atau dibiarkan saja. “S3 “ menjelaskan bahwa yang sakit tersebut bukan saja orang yang harus ditolong tetapi sekelompok orang yang penuh keraguan tersebut telah menjadi orang sakit karena tak kunjung cepat menolong, hanya ragu, mengobrol terus – menerus, dan dibiarkannya saja orang sakit yang butuh pertolongan tersebut, sampai akhirnya orang sakit tersebut benar-benar tak tertolong.
Manusia yang ada dalam cerita ini adalah sebagai tokoh yang membawa pesan, sebagai manusia yang menyampaikan perilaku kualitas pribadi, sifat dan sikapnya. Dalam kondisi seperti ini mencerminkan bahwa tokoh atau pelakunyapun mencerminkan sebuah realitas yang ada. Cerita ini menampilkan sosok-sosok yang menyajikan kualitas moral dari sifat manusia itu sendiri. Ini berarti watak dan sifat manusia merupakan rangkaian yang dinamis dari manusia itu sendiri. Bagaimana mereka saling mempengaruhi dan bagaimana juga mereka saling bertanya, membentuk suatu pola pikir yang saling mempengaruhi tindakannya, dan bahwa hal ini adalah kompleks, fleksibel, dan dipengaruhi oleh daya perkembangan suatu situasi dan kondisi yang ada.

“ Bukanlah kesadaran manusia yang menentukan ke-ada-annya, tetapi sebaliknya, ke-ada-an sosialnyalah yang menentukan kesadarannya “ (Konsep Manusia Menurut Marx – Erich Fromm, hal. 26 – Pustakan Pelajar 2001) mungkin ungkapan inilah pula yang menerjemahkan tentang tindakan sekelompok orang dalam tokoh “ S3 “ tersebut karena dalam sebuah adegan yang saya baca dalam naskahnya terlihat begitu jelas bagaimana tokoh-tokoh tersebut membentuk kesadarannya dari sebuah permasalahan sosialnya dan mempengaruhi keadaan kejiwaannya atau psikologisnya. Disitu terlihat jelas bahwa kesadarannya dipengaruhi oleh keadaan sosialnya, sehingga dorongan-dorongan kesadaran tersebut menjadi sebuah perilaku organisasional atas tindakan tiap individu, disini dipahami bagaimana kesadaran individu mengarah menjadi kesadaran konsentrasi massa. Karena kesadarannya menuju sebuah titik tindakan dan kesadaraan akan sebuah keputusan  yang akan menjadi sebuah pengalaman atau mungkin tadinya karena efek dari sebuah pengalaman yang sudah terjadi.

Dalam dunia nyatapun ada beberapa hal yang tidak jauh dengan perilaku seperti tokoh sekelompok orang tersebut. Dengan berbagai persoalan yang terjadi akibat kondisi sosial sekarang ini, sangatlah menentukan kesadaran-kesadaran tiap individu hingga akan membentuk sebuah peradaban yang mungkin menjadi asing dengan sesama manusia itu sendiri atau bahkan seberapa menguntungkannya jika berhubungan sosial dengan manusia lainnya. Bagaimana kita dihadapkan pada sebuah pemikiran tentang struktur individu yang akan menjadi struktur sosial. “ S3 ” Sebuah bentuk kritik aksi, pemahaman yang melarang kita untuk berhenti berpikir.

Seni dan kritik sosial menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan pada saat sekarang ini, kedua-duanya merupakan suatu proses dan peristiwa yang mentransferkan sebuah realitas ke dalam jiwa dan budi manusia karena ini menyangkut rasa puas dan berkesadaran, nilai-nilai inilah yang mesti dikembangkan melalui proses sosiologis dan psikologis agar sebuah seni sejalan dengan kondisi realitas yang ada dan penikmatpun mempunyai sebuah rangsangan kesan yang kuat dalam memahami seni dan realitas tersebut. Seni dan kritik sosial adalah sebuah kegiatan intelek manusia dalam menyikapi segala bidang kehidupan yang dituangkan dalam sebuah estetika. Maka nilai berkesadaran inilah yang menjadikan bahwa seni dan kritik sosial mempunyai ruang lingkup yang luas sekali.

Keutuhan sebuah produk yang berhubungan dengan seni dan kritik sosial adalah sebuah pembebasan dari sifat keterasingan manusia melalui perwujudan sebuah estetika tetapi sekaligus melampaui batas-batas nilai estetis. “ S3 “ atau Semua Sakit Semua mencoba membeberkan tentang konsep kondisi kemanusiaan yang terkungkung oleh sifat alienasi dan ini menjadi sebuah mediasi dialektika yang menjelaskan hubungan antara estetika dan refleksi diri yang menjadi sebuah rasio. Persoalan dari beberapa indikasi dari “S3” atau Semua Sakit Semua meyakini bahwa FilmTeater tersebut adalah seluruh kerja kritis yang difokuskan kepada manusia sebagai mahluk rasional yang sosial. Dan ini mencoba memberikan pengalaman melalui pengetahuan yang menjadi rasio estetis agar dipahami sebagai yang unik dan ideal.

“S3” atau Semua Sakit Semua dalam isi dialognya, menimbulkan kontradiksi kesadaran. Kontradiksi kesadaran ini menghasilkan sifat alienasinya, sehingga manusia menjadi terasing terhadap sesamanya, maka munculah pertentangan-pertentangan dari dalam dan luar dirinya yang menjadi efek terhadap lingkungannya, maka setiap manusiapun teralienasi dari realitas sosial manusia.

“ S3 ” akan menjadi sebuah kritik sosial yang harus disikapi dengan kesadaran kemanusiaan, tidak lagi menjadi sebuah evolusi kesadaran tetapi ini sebuah kritik sosial yang harus disikapi dengan revolusi kesadaran. 

Monday, November 02, 2015

Dalam Revolusi itu harus ada rasa rindu yang mengharukan, menumbuhkan gelora perasaan hingga jantung berdebar bahwa kita benar-benar jatuh cinta.

Mencintai adalah bentuk kesetiaan pada perubahan perasaan menuju cita-cita, bentuk inilah yang menyatukan bahwa perubahan secara menyeluruh adalah bentuk perintah Tuhan.

Thursday, August 27, 2015

Ada kertas tergeletak tak bernyawa, dia menunggu hujan agar terendam dan menyatu hingga hilang terlupakan.

Untuk tidak diingat.




Wednesday, July 29, 2015

kemanusiaan

Senja dipersimpangan
menumbuhkan seratus dzikir

Ini terjadi ketika pergumulan dialektika menyapa
bahwa kita memang tidak sendiri

Dan keseimbangan
adalah peristiwa yang harus disikapi
bahwa segala sesuatu tidaklah abadi

Hidup itu keharuan
tentang bagaimana kita berpikir dan berakal
tentang kesiapan menghadapi sesuatu
tentang kemanusiaan yang kita jalani
Itupun jika kita merasa manusia

; dan tujuan utama hidup adalah menjalaninya dan menyelesaikannya.

Monday, July 27, 2015

BIRU

Biru yang merdu
Menderu pada rindu

Disapamu
adalah bentuk kemerdekaan paling terharu
yang menjadi berbiru-biru serupa birumu

Bandung, 25 Juli 2015

Friday, June 26, 2015

dari masa lalu hingga kau masa kini

pagi, dini hari
menjelang subuh
memoar rindu
mengutuk kantuk

sedihnya.
aku akan mulai mengenalmu
ketika aku akan mulai kehilanganmu
itu.
dulu sekali, saat aku tersungkur
ketika akan menjabat tanganmu
gagal. hingga tepat
tak dapat menemukanmu

murungku adalah duka cita abadi berlipat ganda.
dan renungku getir terkutuk memburu haru
kau hadir dalam bentuk baru
kau adalah segala perubahan
wangimu tetap terhembuskan
pada tiap jengkal sela nafasku kini
dari masa lalu
hingga kau masa kini

kadipaten juni 2015


Wednesday, June 24, 2015

photo

duasatu juni duaribulimabelas tepat sembilanbelas empatdua. awalnya adalah itu. membuat dinding bergetar. dari retaknya lemas bersimpuh. di antara cabang-cabang waktu terlampaui. dengan dada berdegup dan hati berkibar-kibar melupakan harapan lalu terperangkap dalam mimpi.

seperti hantu yang merasuki bentuk. meliar, resah, berkisah lembab. menelan kembali muntahan udara pada kenangan yang menarik hati.

dinding menjadi buta ketika lembaran gincu berkibar menjejakan eksistensi pada desau angin subuh yang menjadi sengau. tanpa prasangka berkelok menuju jalan lurus dan tanpa prasangka dinding yang berhadapan dengan tingkah kering.

gema dinding. membius bising di antara kerling mengering bahwa catatan photo terukir didinding menjadi hati yang lama kembali mengering dan tetap kering.

;darimu.

Kadipatenoise juni 2015

Wednesday, May 13, 2015

serangga marah

Di siang sengit
Kau hinggap tanpa undangan
Memesan kata tanpa basa basi

Saya hidangkan simbol.
Dan menyimbolkan diri
Seekor marah
Ada di situ.
Di situ saya belajar
Memahami
Merasa
Indah ya.. seekor marah
Rindu
Terbelakang waktu
Bodoh dari mahluk asing

Kupahami getar seekor marah
Dari garis sepi yang ditelan awan
Tarian angin membawanya
Pada cabang cabang ranting kegaduhan

Seekor marah
Terbang membelah langit
Meninggi, meracau sengit
Hilang pada kernyit dahi yang melilit

Seekor marah
serangga penggerutu
Dari benci dan sebal
Yang kurindukan pada siang.

Siang aku dan kamu

Mei 2015





Thursday, May 07, 2015

KUPANGGIL-MU ; RATU SIMBAR KANCANA

asap dupa kurupa mengawang
tujuh sari bunga mengundang
pelataran hijau mendarat sukma
menyayat langit membuka nama

namamu ;
nama dengan sebuah nama yang bernama
namamu ;
nama yang terbungkus kalimat dalam kata
namamu ;
menjadi -mu dalam diri -mu dan aku
padamu ;
di dalam -mu dan menjadi -ku
kupanggil ;
kupanggil namamu. untuk -ku.
untuk -mu dan untuk -ku

satu satu menjadi satu
satu terluka dua berduka
disini sunyi tercabik haru
menyan duka mengasapi luka

-mu adalah -mu
-ku adalah -ku
hadirlah -mu dengan -ku

agar -mu menjadi -mu
dan -ku menjadi -ku
-mu jadi bersama -ku !


DadanN-jek
Mei 2015

surat malam IX

Kepada ; sutradara teater Simbar Kancana
Untuk ketidakjelasan ringan serupa menarik ingus

Di ujung kepalamu tampak setan melahap khuldi dari tukang kebun yang bersyair tentang produk racun kesenian. Di malam kebudayaan, terhisap podium sebagai kekuatan gizi dari persembahan sebuah spiritualitas yang tak terselesaikan.

Kau menerjemahkan estetika pada prosa kegiatan budi manusia yang berpikir. Keindahan, kau jinakan menjadi metafora logika yang harus dirasakan melalui didaktik rasa.
Apalagi yang akan kau terjemahkan pada pemburuan seni ketika kau berpikir bahwa epik mu adalah loncatan bagi yang berpikir. Keterasingan peranmu membawa kebimbangan pada kejayaan sejarah yang kau acakacak dan berserakan.

Bulan memerah di ujung otaku, cahaya tembus pada binasanya plot. Lakon yang kau lahap menjadi gelanggang perang yang dibakar keyakinanmu.

Aku adalah orang yang tergenggam oleh kekuatan fiksi imajinatifmu, tapi aku mengambil keputusan saat bulan tenggelam disudut otakku bahwa nyawa dan keputusan cerita masih menjadi miliku.
Disini batas jalan raya yang membuatku masih bernafas. Pada gubuggubug kesadaran mari berbaris sambil menyalakan obor bahwa terjemahan cerita ini milik kita yang tak perlu kita ikut kesimpulan sutradara.

DadanN-jek
Mei 2015

surat malam VIII

Kepada ; perempuan asing
Untuk sang kekasih gelap Sakyawirya

Entahlah..
Asingmu adalah asing bagiku
kenapa harus ada kau saat senja tampak
bercerita sesuka hatimu
bersembunyi dibalik telapak tangan

Ketidakmengertianku..
Kau tumbuh pada rimba berakar kertas

Tangisanmu..
Penjara tanpa penghulu
Cinta yang tak bertepi
Hanya buah perut bergejolak

Pada bumi hampa terus menyapa
Bisikan malam terus mendengkur
Kaupun terbangun bersama monumen diri
Disebuah pesta pora
dengan jeritan nafsu berkalang noda

Dan pandanganku
pada pemandanganmu
kau tetap tak kukenal

DadanN-jek
Mei 2015

Wednesday, May 06, 2015

surat malam VII

Kepada ; Centangbarang

Untuk manusia tanpa ideologi

Darah yang kau cabut masih terasa
Di Talaga ini bergitu berduka

Sesungguhnya ideologi itu adalah memanusiakan manusia. Diantara persentuhan kesaksian dan kebaikan, sedangkan kau mensakralkan kesetiaan pada pembakaran kebaikan. Dan di sisi yang lainnya kau menyetubuhi rintih dan sesal.

Hari ini masih terasa, luka yang kau sayat dengan CIS. Seperti racun dari kawat berduri menghiasi mahkota. Pembantaian terkejam membangun atap Talaga, jeritannya mengubah terang bulan menjadi terang darah, begitu sakit dan tersakiti penderitaan yang kau ciptakan.

"Mengapa kau bunuh ayah, paman?" pertanyaan yang terus menerus mendengung pada ingatan, saat dipertanyakan sang ratu kepadamu. Tidak kah ini sakit, paman?...
Kau telan rindang hasutan menjadi mantra yang kau ikuti. Inikah kesetiaan yang kau rubah dengan darah?
Kuharap luka ini harus terus kau bawa dan hisaplah derita sakit yang membuatmu sesak ketika tiap kali bulan ada.

Pada barisan luka di malan hari.
Aku merasakannya. Ada tangisan terbakar di sudut mata. mengucapkan dengan jelas Disini politik konspirasi membungkus kematian dengan begitu gegabah.

Bulan itu mewujud, paman..
Khianat yang disembunyikanpun
Selalu ada angin malam yang menghembuskannya
Tetapi kudeta dan revolusi memang benar adanya
Cuma untuk kepentingan apa dan siapa?

Semoga derita, menjadi bulan yang menghukummu
Bahwa khianat yang ditebar oleh mulut busuk
tidak akan kekal kemenangannya.

DadanN-jek
Mei 2015

Tuesday, May 05, 2015

surat malam VI

Kepada; Raden Panglurah
Untuk kehormatan keabadian di surga para pandita

Pada putra mahkota yang pergi begitu saja dan disepakati sebagai ruh pengembaraan. Keadaan telah mengadili yang memahami mimpi dan menjalankan realitas dari hidup kepada dunia.

Dengan segenap percikan martabat, aku terus menatap langit kelam yang membawa bulan ke arah pergolakan jiwa yang diburu untuk memahamimu.
Kerinduan pada kebebasan manusia menuju jiwa kesucian yang abadi kuakui kau yang tersyahdu,
mengalirkan kasih
mencipta zaman
memberi lentera
menuju keadaan
untuk memberi dan tanpa mengalahkan

Kepadamu putra mahkota yang meninggalkan mahkota,
di atas langit yang tak bertepi dan tak pernah ingkar bersemayam rohmu yang tak pernah mati. Pada zaman siapapun dan pada generasi manapun kau memang akan terus berdiri tegak.
Kepadamu putra mahkota tanpa mahkota,
yang berada disudut penjara tubuh sepi adalah kau yang tak pernah menggigil dihadapan riuh dunia, meninggalkan kesenangan gemuruh kerajaan. Hatimu adalah malam yang mempunyai kepekatan menuju kemanunggalan rasa dari bunyi hati yang bernada perlawanan kepada dunia.

Bagimu kekuasaan hanyalah dongeng omong kosong bagi keteraturan penjara hidup, jeruji kalimat angkuh berkiblat. Mahkota adalah kesenangan berupa pengujian jiwa yang megah dalam istana debu, sedangkan kau adalah jiwa perlawanan yang mencium harum kesunyian.

Kawan, aku menyuratimu. Walau hanya bisikan air keruh yang mengetukmu. Maka disudut ruang tanpa penghormatan kerajaan kutabur tinta wewangian biar melahirkan generasi serupa dirimu bahwa hidup tidak harus bermahkota dan berlaku serupa raja.
Karena kehidupan dimanapun yang akan menjelmakan kita menjadi apapun, kematian adalah nyanyian gaib yang akan membusukan daging.


DadanN-jek
Mei 2015


Thursday, April 30, 2015

surat malam V

Kepada ; Sakyawirya (suami Simbar Kancana)

Untuk pengkhianat yang berselimut cinta.

Tuan, kau begitu samar, memperkelam segala. Juga dinginmu yang melampaui malam. Bulan, juga sunyi dan ambisi, menjadi teman paling berdarah di tengah cinta berlapis baja, paling berduka, menjadi hampa, dan berair mata; disaat kau menerjemahkan bahwa mahkota adalah pria dan yang bersujud adalah perempuan. Harum kekuasaan berwarna kematian bertabur rata pada cinta pancawarna. Pada telaga malam tersingkap kau merebut kekuasaan dengan darah, memerah, dan mematikan sedangkan cinta kau jaga dengan kesempurnaan yang meregang perih dan menyakitkan.
Atas nama sejarah dan kegemilangan kau kotori kekuasaan dengan kemenangan dan kejayaan dengan darah, membunuh atau dibunuh atas nama menang atau kalah. Ambisi kuasamu adalah kebinatangan yang ketakutan pada matahari kembar.
Tapi aku tahu, Tuan!
Pengkhianatan akan dibalas dengan pengkhianatan. Ketika dengus nyawamu menyapa tikaman birahi perempuan istrimu, sambutlah tangisan dari kedalaman jiwamu yang terpenjara pada ambisi tak bertepi.
Malam ini kubisikan kepadamu, Tuan..
Kekuasaan selalu berdarah, sedangkan cinta tidak berlumuran darah...
Ini tentang kekuasaan, Tuan...
Tentang menang atau kalah, dan tentang dendam yang merona.
Selamat malam, Tuan...

April 2015
DadanN-jek

Wednesday, April 22, 2015

surat malam IV

Kepada ; Raja Talagamanggung

Untuk keharuan air mata mahkota

Duka malam.. diantara bulan berseri dan jiwa yang bermahkota

Paduka Raja...
Selepas malam itu. Ketika sunyi mulai terbaring, Talaga memerah mengantarkan kepergian pelita.
Bulan terlalu terang. Sepi di luar, gerigi sinar menerangi kekosongan mata disetiap air mata dari sudut singgasana.
Ada kekejaman. Pembelot yang berlepas dari etika dan loyalitas, pengkhianatan yang meneteskan darah untuk kekuasaan.
Banyak hatipun tercabik, ada juga meriah ruah
segalanya memendam dalam-dalam
Sedih
Tangis
Senang
Riang
Ah.. tidak!
Mengerikan sekali disini..
Ada ular berbisa berdansa hura meneropong mahkotamu.

Bulan berseri berduka raya
Tidak ada kekuatan yang bisa menguburkan kebesaranmu
ajalmu tidak akan pernah membuatmu kerdil dan mahkotamu akan tetap menjaga keagungan Talaga.

Duhai, paduka Raja..
Pada kemakmuran Talaga
kuhaturkan segala hening
diantara kejauhan keberadaan kita
seegala masa, segala derita
ketangguhanmu adalah do'a
bagi tubuh-tubuh Talaga

Ini kutulis sebagai sesaji penghormatan
atas kemakmuran dan kebesaran Talaga.
Talagamu, Paduka Raja..


April 2015
DadanN-jek



Friday, April 17, 2015

surat malam III

Kepada ; Simbar Kancana I
Untuk cinta yang membuatmu berduka cita

Dalam gulita, jiwamu dipertaruhkan pada kesungguhan mencintai,
Kebanggaan perempuan yang terjaga dalam rumah berwarna dan mewangi.
Duhai, Ratu
Nafasku masih terasa berat atas segala benturan malam itu,
Kecintaan mu membuatku berimpuh takjub melihatmu
Kau begitu menjaga martabat kehormatanmu sebagai pewaris tahta,
Menjaga kehormatan seorang istri dan tradisi yang kau yakini.
Pada malam itu aku mencoba menyentuhmu diantara batas ada dan tiada,
Apa yang sesungguhnya kau berikan pada realitas ketika ingatan akalmu
Terbelah dan hilang oleh cinta?
Persetubuhan mata dan hatimu adalah pengembaraan manunggaling sukma
Yang menghiasi halaman rumahmu.
Padahal pikiranmu telah menitipkan wirid pada hatimu agar senantiasa
Kau terjaga pada akalmu.

Tetapi aku mencoba mengerti, Ratu
Cinta adalah udara yang bersenandung mengantarkan kehidupan dan membangun
Rasa pada indah dan pelangi. Tetapi, Ratu cinta akan membelah diri pada hasrat
Keindahan dan kebencian manakala rahasia menjadi yang tak terungkap dan
Yang terungkap seperti cintamu yang telah membuatmu berduka cita.

Batinmu adalah nyanyian memilukan dari pertukaran cinta kepada benci, jika sekalipun
Terjadi pergeseran bahwa ini adalah untuk menjamin keberlangsungan kehidupan
Kerajaan yang kau pegang atas nama Talaga.
Talaga yang kau pegang begitu cantik seperti sesunging senyum yang selalu memegang
Ketimuran.

April 2015
DadanN-jek

Sunday, February 22, 2015

SURAT MALAM II




Kepada simbar kancana II
Untuk dendam mu yang merona

Ketika cinta harus berlumuran darah.
Duhai Ratu, sebuah kehormatan aku menyapamu. Disaat haru merayu pilu, tak bisa ku bayangkan bagaimana derita nafasmu yang tersengalsengal ketika baunya adalah dendam. Tapi ini beralasan demi kehormatan kerajaan dan sang raja sendiri. Malam berhak menjemput ajal yang kau kirimkan lewat keringat birahi yang kau tancapkan pada suami mu aku hanya bisa bersorak bahwa Talaga memang mempunyai kehormatan yang harus dijaga dengan keringat dan darah. Kekuatanmu membuktikan bahwa senyum mu mampu menikam tubuhtubuh pengkhianat seolah kau adalah pencerahan bagi perempuan yang lahir dari tubuh jiwa ranummu. Pada saat ini, kutulis! Dari pencarian misteri malam bahwa disini, Talaga mampu menjadi jiwa pembebasan dari belenggu kecurangan dari tradisi sosial politik kekuasaan. Kau membuktikannya,Ratu.

Salam hormat pada keberanian perempuan serupa Ratu Simbar Kancana.

Kadipaten, 17 Februari 2015
DadanN-JeK