Translate

Tuesday, November 25, 2008

aku hanya ingin menulis puisi

aku hanya ingin menulis puisi
berpesta kata berfoya karya
terserah aku mau bagaimana
selesai
tanpa koma
dan titik

November 2008

cerita akhir pekan

hari yang menakutkan
bau pengap berdebu
berlumur keringat ratapan
diam meronta ke lubuk
untuk membusuk dan tersungkur
sebagai minggu tak berarti

November 2008

aku menunggu malam

matahari memanas di tubuh
membangun kehangatan
saat senja tiba
bulan belum juga datang
katanya masih nyangkut di ranting rapuh
didorong semilir angin
yang enggang untuk berbagi
padahal aku menunggu malam
katanya bisa di kemas dan
bisa menjadi persemaian para penyair

November 2008

selamat datang, hujan

datang dari pusaran mata angin
sayu menggigil meneteskan banjir
selamat datang, hujan
selamat membasahi duniaku
membuat becek halaman rumahku
dan menggenangi dapur bocor rumahku

November 2008

kenanganku adalah beribu kunang - kunang

sunyi dan sendiri
merebah di ranjang sepi
membaca puing cerita berkeping
karena kenanganku seperti penyakit akut
yang bangkit dari menara ingatan
dan setia hadir keluar - masuk
dengan meninggalkan jejak tak berujung
karena kenanganku adalah beribu kunang - kunang
dalam terpejamnya mata - mata sepiku

November 2008

sore, kopi, dan perut bertalu

di sore kelabu bergerimis
kopi susu habis segelas
perut bertalu tampak mengemis
bersama dingin mengakar di teras

November 2008

agar kelak aku bisa tersipu

apapun itu adalah untukmu
tak usahlah mengerutkan dahi
jika mulutku pun masih terkatup
aku hanya berbuat baik terhadapmu
agar kelak aku bisa tersipu
bahwa aku memang pernah
menaruh hati terhadapmu

November 2008

sunyi dan hati

terimalah segenggam sunyi
yang setia bersembunyi
berikanlah setangkai hati
yang tertanam pada teka - teki
di antara sunyi dan hati
yang memasuki pori - pori
hanya sebatas mencari
dari cinta sebagai tempat kita berbagi

November 2008

mengapa

ada yang harus kueratkan
sebelum bertemu denganmu
ada pernyataan yang mempertanyakan
mengapa nasibku sedangkal matakakiku?

November 2008

tak ada jalan lain

dari penafsiran yang abstrak
sampai kerumitan metafora
aku menyambut
undian takdir tentang :
"apa yang harus aku lakukan?"
tanpa sorak sorai
dan ketidakpastian
aku tidak dapat melarikan diri
pun untuk sejenak
tak ada jalan lain selain menjalani

November 2008

Sunday, November 23, 2008

sembunyikanlah nama kecilku di hatimu

jika kelak,
kau telah berdua menyatu
berbahagialah, aku yang tinggal sepi
mengenangmu di sini
tapi sembunyikanlah nama kecilku
di hatimu, yang selalu kau sebut
saat malam merindu di ujung
telepon genggammu.
biarlah aku sedih
tapi setidaknya aku tak gelisah

November 2008

apa kabar, siang

apa kabar, siang
mataharimu hilang meremang
saat awan kelabu datang berdendang
kau menyuruhku diam dalam ruang
mendengarkan gerimis bernada riang
melihat di luar air membentang
sampai aku tak sadar rinduku terbuang

November 2008

wajahmu adalah api

mata selalu berpoligami
dengan tatapan birahi
di antara nafas yang berlari

tampan dan cantik memang sakti
ditambah sexy jelas menarik
tapi wajahmu adalah api
yang membakar untuk menyakiti

November 2008

memilih kalah

sakit
sedih
rapuh
merambat di tubuh
membuatkan luka yang tak juga reda

manakala pasrahku
menjadi derita terindah
maka aku akan terbelah
memilih kalah
untuk menjalani kodrat
manusia yang terlemah

November 2008

neraka

riuh
api mendekap dada
meretak
ruang hati terkoyak
mencabik bahasa cinta
karena kita adalah neraka

November 2008

ruang malam kosong

ada yang hilang dari malam
tentangmu tumbuh dari ingatan
meninggalkan pilu
meninggalkan musim
namamu tak habis ku seru
tertatih - tatih menyebutmu
aku hidup di bakar mimpi
di ombang - ambingkan kenangan
terbuai dalam ruang malam kosong

November 2008

aku ternodai

dari alur larik kekuasaan
aku ternodai
sajak diplomatis politis
menekan - mendesak organ otak
terhempas harapan memabukkan
kalimatmu terus menderas
mengantarkanmu
membentuk perutmu
membusung dan membulat

November 2008

di tanah janda ibu pertiwi

zamanku adalah hari ini
ketika gedung ditinggikan
teknologi dicanggihkan
sawah digulungkan
kicau burung pagi
menjadi bising kendaraan

takdirku adalah menjalani kewarganegaraan
sebatas identitas
bagi kemapanan pemerintahaan
pelindung pemodal
sang pemilik kapital

di tanah subur termakmur ini
di tanah janda ibu pertiwi ini
tak ada ampun di negeri ini

November 2008

pejalan yang berdiam

aku masih mengikuti jejak
sebagai pejalan yang berdiam
pada tatanan sosial arogan
di setiap sudut kemunafikan

di sini aku terasing
terpental diam - diam
dalam kepalsuan dunia masing - masing

November 2008

badanku - bingungku

badanku
masih benalu
aku isi dari mengadu
bukannya tak mampu
tapi bingung menyapaku

November 2008

Wednesday, November 19, 2008

wajahku terluka

wajahku terluka
ini derita telalu berbisa
menyemburkan duka
mengubah selera

siapa perkasa?

jerit sedih menggerai sukma
merumbaikan airmata
di depan pelupuk kaca
mengelupasi kulit muka

November 2008

rambut

beribu helai terpatri
pada titik embun memahkotai
tepadu dalam kesatuan
membentuk gaya kepribadian

november 2008

pandangan cinta

tak pernah aku berenang sedalam itu
pada pusaran luasnya biru matamu

november 2008

aku mau

aku mau bersamamu dalam sunyi paling terasing
dengan atau tanpa cinta yang diciptakan
izinkan aku memekarkan sejuta puisi denganmu

aku mau kau besamaku jauh dari hiruk - pikuk kota
dengan atau tanpa komitmen yang disepakati
percayalah bahwa kebersamaan kita membebaskan

November 2008

memburu dalam menunggu

perempuanku
tidak besamaku
tidak juga merindukan aku

kini
terserah dada kiriku
yang masih memburumu
di relung waktu
menunggu kalau kau sembilu
dan membutuhkanku

november 2008

kita - cuaca

kita menyusurinya,
di jalanku, mendung menyisir
di jalanmu menggali parit dari suara petir
langit meretak cepat :
kau memaknai hujan
aku menciptakan tandus
kita di bingkai pelangi nafas senja
pada dekapan cuaca bersahaja
dan musim tak pernah mengartikannya
selebihnya
hujan dan tandus
tetap satu jalan
mewarnai dunia
untuk berevolusi
dan memainkan cuaca kita

November 2008

kemarilah

kemarilah, di sini hampiri aku
tapi dengan setangkai
mawar rekah di matamu
yang tumbuh di kedalaman hatimu

kau mesti kesini
bawakan durinya juga
untuk menusuk kesendirianku
agar terluka - berdarah

dan aku berterima kasih
untuk kamu di sini

November 2008

kepada cinta

seperti desir petir tergetir
menikam jantung untuk berdegup
dan ombak begemuruh lirih
menyambar hati untuk berlabuh

November 2008

akulah salju

raguku terus membeku
bekobar tak habis memburu
terasing sebagai pecundang bisu
hingga kusaksikan akulah salju

aku pun menjelma sayu
memilih puing berkabut kelabu
dari setumpuk tafsir di wajahmu
hanya wajahku lebam membiru

aku terlalu kaku
untuk menyatakan cinta pun
aku takut dan berliku

november 2008

Friday, November 14, 2008

purnama sehabis hujan

purnama sehabis hujan
memang gagah dan termegah
menerangi tinggi langit di atas bumi
hingga malam tersenyum
menjelma mata yang betah berjaga

pada sorot duka terhampa
purnama pun tetap menyendiri
membuatkan bayang di kegelapan
pada musim penghujan
yang membagi angin untuk dingin

November 2008

suatu malam di kamar

di kamar ini aku terpencil
tapi terasa gaduh menggemuruh
ketika sisa gerimis mengais bulan
cahayanya sayu
malamnya layu
ingatanku pun melaju
tumbang di atas ranjang
demi Tuhan,
aku begitu kosong dan hampa
sampai bosan dan tidak bahagia

November 2008

apa gunanya ada di sini

gejolak di balik diam
kelam dalam kamar
saat ini aku membatu
duduk membungkuk
sambil tertunduk

jauh dari pikiranku
aku merasa lelah dan tertekan
aku merasa tak mengerti
apa gunanya ada di sini?

November 2008

kata berasa mangga

tak kutemui lagi di sini
pecahan kata berasa mangga
seperti fakta berbicara
bahwa aku memang terbata - bata

sudah kau kupas mangganya
tolong kirimkan kata-katanya

biar menjadi sajak yang kubaca
dengan kumpulan kata berasa mangga

November 2008

lelap

aku sedang terbaring
merebah - menutup mata
sendirian di atas lelap
yang menyekap dan pengap
yang tanpa sadar dan gemetar
seluruhnya rumit, tak tertolong
menggigil tidak masuk akal
aku takut
di alam hitam terkental
: pahit

November 2008

pagi di november

musim berganti
awan bergeser

biru jadi kelabu
hujan sungguh nyata
pada pagi yang terbukti
menelurkan embun kantuk

di november
hujan pagi
menjadi kopi hangat
yang membalut
tubuh dengan selimut

November 2008

awal bulan

himpitan di hadapanku
menebalkan luka kusut letih
tak peduli waktu atau pun hari
awal bulan akan menelanku

November 2008

Monday, November 03, 2008

kepada ucap

atas dasar bahasa
yang terkelupas menjadi kata
memaknai suara, di setiap
ruang relung berlentera
dari gerak dan organ otak
menjadikan ucap berkatakata

November 2008

dalam sunyi

sunyi yang tak kupahami
sunyi bunyi - bernyanyi
selirih getir kecapi
mendayu sampai mengelupasi mistis

sunyi menyangkut
pada helai nafas nyaring - meruncing
dengan dendang irama dan syair

sunyi
bertalu dendang genderang bising
tumbuh terselubung resah
menerus menyekap jiwa
mengepung asa
pada rasa yang berserakan
cemas bertepuk
nada sunyi terus bernyanyi
dan menari

November 2008

tubuhku

tidak akan dapat kau temukan
tubuhku dalam hingar - bingar kesenangan
terompet, rokok, bir, dan ocehan
meracau tampak berisik
namun tubuhku tetap tampak sepi

diamdiam senyum tenggelam
terdiam menggenggam luka terlegam
sampai semua rontok
sebelum tubuhku lebur terkubur

tubuhku logika kematian
meliarkan galau kesunyian
pasrah terpanggang waktu
membakar prasasti kebahagiaan

tubuhku adalah
perjalanan panjang kesederhanaan
yang menjejak
pada detak nadi kesendirian

November 2008

dari mataku

dari mataku
tangisku tak lagi berair
tapi debu padang pasir terkering
rengekku pun bisu
ringkihku tanda tanya besar
rapuh - tegar silih berganti
walau jerit air mata
masih saja bergeming
tetap saja butir pasir mengepal
terus mengalir

November 2008