awal yang tidak diduga
akhir pun tak pernah terduga
Oktober 2008
Translate
Thursday, October 30, 2008
kepada gelisah
hujan yang tanggung
cuma membuat kangen yang tanggung pula
dan pertarungan belum utuh
itu berarti
aku menunggu
untuk tertusuk larik bait puisi
Oktober 2008
cuma membuat kangen yang tanggung pula
dan pertarungan belum utuh
itu berarti
aku menunggu
untuk tertusuk larik bait puisi
Oktober 2008
seteguk pertemuan
apa lagi yang bisa diharapkan
dari waktu yang telah terlewatkan
semua usai dan selesai
tinggal merangkak menuju akhir
yang mengugurkan musim
dan meledakan pertemuan
menjadi sebuah perpisahan
Oktober 2008
dari waktu yang telah terlewatkan
semua usai dan selesai
tinggal merangkak menuju akhir
yang mengugurkan musim
dan meledakan pertemuan
menjadi sebuah perpisahan
Oktober 2008
menyerah
seberapa jauh lagi aku harus menyerah?
pulang ke sejarah pembentukan
mengekalkan kebekuan mimpi
pada sekerat udara yang tidak berbaju
menelanjangiku
memahat kepecundangan
menghaluskan kesenyapan
sunyi pula yang memelukku
membawaku pada ruang kesendirian
menggantungkan diri pada setiap kata
dan menerobos lepas dari dunia
dengan luka yang tetap menetes
bahkan dalam kata yang membebaskan pun
aku terluka, terpental tak dimengerti
terbaring merajut pembantaian dari parade dunia
dalam risaupun
aku tetap mendekap pada kata menyerah
Oktober 2008
pulang ke sejarah pembentukan
mengekalkan kebekuan mimpi
pada sekerat udara yang tidak berbaju
menelanjangiku
memahat kepecundangan
menghaluskan kesenyapan
sunyi pula yang memelukku
membawaku pada ruang kesendirian
menggantungkan diri pada setiap kata
dan menerobos lepas dari dunia
dengan luka yang tetap menetes
bahkan dalam kata yang membebaskan pun
aku terluka, terpental tak dimengerti
terbaring merajut pembantaian dari parade dunia
dalam risaupun
aku tetap mendekap pada kata menyerah
Oktober 2008
lagu cium
ada nyanyian
di tembok kokoh yang berkaca
melagukan desah nafas
mendendangkan syair dan rintihan
tembang tembok berirama sumbang
memberikan nada getir
saat bibir menancap - meliar
menikam - menggelepar
di lubuk mulut
dimaknai sebagai lantunan lagu
musikalisasi jutaan puisi asmara
Oktober 2008
di tembok kokoh yang berkaca
melagukan desah nafas
mendendangkan syair dan rintihan
tembang tembok berirama sumbang
memberikan nada getir
saat bibir menancap - meliar
menikam - menggelepar
di lubuk mulut
dimaknai sebagai lantunan lagu
musikalisasi jutaan puisi asmara
Oktober 2008
bosan
adalah kebosanan
di keremangan gelisah
yang mempermainkan naluri
apa yang bisa aku lakukan?
begitu kupahami
ketukan kedip mata
mendetak kebingungan
sorot mata kebosanan ini
lebih dari suatu kerinduan di pagi hari
Oktober 2008
di keremangan gelisah
yang mempermainkan naluri
apa yang bisa aku lakukan?
begitu kupahami
ketukan kedip mata
mendetak kebingungan
sorot mata kebosanan ini
lebih dari suatu kerinduan di pagi hari
Oktober 2008
tak ada apa pun di hari apa pun
memulai pagi
dengan tata rambut rapi
sesudah mandi, disingkapnya kembali
dan diacaknya kelimis ini
lalu menatap tajam pada cermin
dan bertanya pada cuaca buruk
apakah nasib buruk selalu berjeruji?
hari ini adalah hari kemarin
hari esok adalah hari ini
tak ada apa pun di hari apa pun
hidup,
reruntuk harapan
yang di jalani tapak kaki
Oktober 2008
dengan tata rambut rapi
sesudah mandi, disingkapnya kembali
dan diacaknya kelimis ini
lalu menatap tajam pada cermin
dan bertanya pada cuaca buruk
apakah nasib buruk selalu berjeruji?
hari ini adalah hari kemarin
hari esok adalah hari ini
tak ada apa pun di hari apa pun
hidup,
reruntuk harapan
yang di jalani tapak kaki
Oktober 2008
apa
apa ada tentang apa
di antara apa yang memang bukan mengapa
dan tak ada bagaimana
mari kita tanya berulang
di setiap praduga
yang selalu mengembara
bertanya tentang apakah apa?
Oktober 2008
di antara apa yang memang bukan mengapa
dan tak ada bagaimana
mari kita tanya berulang
di setiap praduga
yang selalu mengembara
bertanya tentang apakah apa?
Oktober 2008
tersesat sendiri
terik ini menarik ketiak
di sepanjang larik berisik
terkungkung sengat mengusik
debu, asap, dan berita kematian
menyeretku dalam kendaraan
lalu
siapa yang akan menyapa kesendirianku?
Oktober 2008
di sepanjang larik berisik
terkungkung sengat mengusik
debu, asap, dan berita kematian
menyeretku dalam kendaraan
lalu
siapa yang akan menyapa kesendirianku?
Oktober 2008
Wednesday, October 22, 2008
penat di rindu
betapa sempurnanya keterdiaman
merangkai irama tersunyi
terpoles peristiwa kegamangan
manakala meresapi penat
muncrat di rindu
tenggelamlah kedalam
sepercik desah amarah......
Oktober 2008
merangkai irama tersunyi
terpoles peristiwa kegamangan
manakala meresapi penat
muncrat di rindu
tenggelamlah kedalam
sepercik desah amarah......
Oktober 2008
bunga dari sebuah nama
bunga mawar
bunga mekar
bunga rasa
bunga risau
bunga batu
bunga bisu
dari
sebuah nama
yang terpaku!
Oktober 2008
bunga mekar
bunga rasa
bunga risau
bunga batu
bunga bisu
dari
sebuah nama
yang terpaku!
Oktober 2008
usia
detik mendetak
terseok tak terkira
umurpun menderas
memvonis hari tua
sudah pasti itu akan mengeras
Oktober 2008
terseok tak terkira
umurpun menderas
memvonis hari tua
sudah pasti itu akan mengeras
Oktober 2008
aku datang
aku datang padamu untuk sunyi
merasuk di dalam terasingmu
walau tak kukenali
ku' coba tuk mengenali
tentang kata dan sepi
yang kau kemas dari harihari
Oktober2008
merasuk di dalam terasingmu
walau tak kukenali
ku' coba tuk mengenali
tentang kata dan sepi
yang kau kemas dari harihari
Oktober2008
Monday, October 20, 2008
suatu pagi
kau menyusup menggeliat
dalam sebuah aroma api pagi yang kering
seperti embun yang tak lagi dingin
menikamku di pagi ini
pagi yang menggerahkan
pagi yang tak terkontrol
amarahmu merajai
jika aku bersalah
mohon
maafkan!
Oktober 2008
dalam sebuah aroma api pagi yang kering
seperti embun yang tak lagi dingin
menikamku di pagi ini
pagi yang menggerahkan
pagi yang tak terkontrol
amarahmu merajai
jika aku bersalah
mohon
maafkan!
Oktober 2008
malam tak berbentuk
bulan temaram terang
tertawa terbahak riang
meruang pada telepon genggam
yang terpanggang di setiap gang - gang
lewat jarak yang bergetar
mengabarkan rangkuman katakata
cerita telah diciptakan
semalam suntuk
semalam tak berbentuk
tanpa kepastian
kita meneguknya dalam kantuk
OKtober 2008
tertawa terbahak riang
meruang pada telepon genggam
yang terpanggang di setiap gang - gang
lewat jarak yang bergetar
mengabarkan rangkuman katakata
cerita telah diciptakan
semalam suntuk
semalam tak berbentuk
tanpa kepastian
kita meneguknya dalam kantuk
OKtober 2008
di rumah yang tercekik
di rumah yang tercekik
di ruang yang tersepi
di antara kulkas dan televisi
aku menggigil
melihat borjuis yang tak habishabis
Oktober 2008
di ruang yang tersepi
di antara kulkas dan televisi
aku menggigil
melihat borjuis yang tak habishabis
Oktober 2008
telaga mulut malam
aku terkapar
di antara degup jantung
dan puisi yang kau bacakan
seketika,
sehelai kata beraroma mangga
mengiris birahi di antara selembar senyum
menelanjangi pikiran
mencumbui kerinduan
aku terkoyak
disaat aroma mangga berubah rasa
mengoyak tak berasa
mengoyak para malaikat
ketika aku meremas
telaga mulut malam yang mengeras
Oktober 2008
di antara degup jantung
dan puisi yang kau bacakan
seketika,
sehelai kata beraroma mangga
mengiris birahi di antara selembar senyum
menelanjangi pikiran
mencumbui kerinduan
aku terkoyak
disaat aroma mangga berubah rasa
mengoyak tak berasa
mengoyak para malaikat
ketika aku meremas
telaga mulut malam yang mengeras
Oktober 2008
di sinipun adalah pantai
malam di pinggir jalan
mendamparkan diri
pada butir berdebu
dan bau aroma aspal yang berasap
dingin di sini
pada tubuh yang berkeringat
ditabrak angin yang tersesat
di sinipun adalah pantai
ketika bising kendaraan
adalah bising debur ombak
Oktober 2008
mendamparkan diri
pada butir berdebu
dan bau aroma aspal yang berasap
dingin di sini
pada tubuh yang berkeringat
ditabrak angin yang tersesat
di sinipun adalah pantai
ketika bising kendaraan
adalah bising debur ombak
Oktober 2008
ini fatwaku
aku murka
terbakar kedangkalan
kering mengkerak
tercabik jahit pesona
merapuhkan
memabukan
membodohkan
aku tak akan minta ampun
pada setiap detik sejarah
dan masa depan
ketahuilah, ini fatwaku
Oktober 2008
terbakar kedangkalan
kering mengkerak
tercabik jahit pesona
merapuhkan
memabukan
membodohkan
aku tak akan minta ampun
pada setiap detik sejarah
dan masa depan
ketahuilah, ini fatwaku
Oktober 2008
tanpa kata
pada satu titik tak berkoma
kalimat terpental - pental
dalam paragrafpun aku tak sempurna
apa mau dikata
jika tak ada lagi kata
sudah
mari maknai obrolan ini
dengan diam
tanpa bahasa
tanpa memunculkan kata
September - Oktober 2008
kalimat terpental - pental
dalam paragrafpun aku tak sempurna
apa mau dikata
jika tak ada lagi kata
sudah
mari maknai obrolan ini
dengan diam
tanpa bahasa
tanpa memunculkan kata
September - Oktober 2008
kering
malam ini kering
hilang dari bayang
bersuara kidung lembayung
jiwamu kini kering
terbaring makin melengking
suaramu pun kering
diam di suasana hening
ayolah jangan kau buat
lidahmu juga mengering
September 2008
hilang dari bayang
bersuara kidung lembayung
jiwamu kini kering
terbaring makin melengking
suaramu pun kering
diam di suasana hening
ayolah jangan kau buat
lidahmu juga mengering
September 2008
tersesat di ruang sendiri
saat ini jam sepuluh
tapi sudah lebih duapuluhlima
tepat di malam hari
tanpa siapapun
ini hari ke delapanbelas
angka yang dimiliki sang kamis
bulan pun sudah yang ke sembilan
berada di ruang duaribudelapan
di ruangku sendiri aku tersesat
kehilangan diriku sendiri
September 2008
tapi sudah lebih duapuluhlima
tepat di malam hari
tanpa siapapun
ini hari ke delapanbelas
angka yang dimiliki sang kamis
bulan pun sudah yang ke sembilan
berada di ruang duaribudelapan
di ruangku sendiri aku tersesat
kehilangan diriku sendiri
September 2008
Thursday, October 09, 2008
ucap pamit
bulan terpancar
di angin yang terkencang
keringat tersegar
di malam yang terkenang
melelah berlabuh
pada tubuh yang terkeluh
waktupun melebur
dan ucap pamit mengubur
aku termangu remuk bentuk
ada berpisah karena ada bertemu
terima kasih terucap di pesan
untuk memastikan
pertemuan ini menyenangkan
September 2008
di angin yang terkencang
keringat tersegar
di malam yang terkenang
melelah berlabuh
pada tubuh yang terkeluh
waktupun melebur
dan ucap pamit mengubur
aku termangu remuk bentuk
ada berpisah karena ada bertemu
terima kasih terucap di pesan
untuk memastikan
pertemuan ini menyenangkan
September 2008
[ tanpa judul ]
waktu jugalah yang bercerita tentang perubahan
tak peduli apa ini mimpi atau mati
tetap membeku pada tanaga urat nadi
untuk melanjutkan perjalanan di sore hari
selalu tak pernah mengerti
apa arti dari tangis
tatkala jerit membaringkan diri
dari sejuta suara yang diyakini
lewat keterpencilan
dengan sekerat kesakitan
perasaan sudah menjadi bangkai
terdampar dalam parit
dan pada pematang bait
masih saja dangkal
agar hidup bisa terpahami
Oktober 2008
tak peduli apa ini mimpi atau mati
tetap membeku pada tanaga urat nadi
untuk melanjutkan perjalanan di sore hari
selalu tak pernah mengerti
apa arti dari tangis
tatkala jerit membaringkan diri
dari sejuta suara yang diyakini
lewat keterpencilan
dengan sekerat kesakitan
perasaan sudah menjadi bangkai
terdampar dalam parit
dan pada pematang bait
masih saja dangkal
agar hidup bisa terpahami
Oktober 2008
di kedalamanmu untuk tersesat
baiklah,
bolehkah aku lebih mengenalmu?
untuk tersesat di labirinmu
tak usah terganggu, aku tak mengganggu
sekedar menyelami kedalamanmu
aku cuma teresahkan
ternyata bayangmu menyegarkan
tak usah berpikir apa lagi menegur
jika aku tak lebih sebagai tragedi dengkur
biar kubisikan;
ketakutan
keputusasaan
mereka berdua mengintaiku
maka itu
biarkanlah
aku
bertamasya
di kedalamanmu untuk tersesat
Oktober 2008
bolehkah aku lebih mengenalmu?
untuk tersesat di labirinmu
tak usah terganggu, aku tak mengganggu
sekedar menyelami kedalamanmu
aku cuma teresahkan
ternyata bayangmu menyegarkan
tak usah berpikir apa lagi menegur
jika aku tak lebih sebagai tragedi dengkur
biar kubisikan;
ketakutan
keputusasaan
mereka berdua mengintaiku
maka itu
biarkanlah
aku
bertamasya
di kedalamanmu untuk tersesat
Oktober 2008
senyum
senyum,
di bibir yang tak pernah kumengerti
tak pernah lepas dari kuncup termanis
walau tak bergincu
kusetubuhi sampai menyayat hati
6 Oktober 2008 tengah malam
di bibir yang tak pernah kumengerti
tak pernah lepas dari kuncup termanis
walau tak bergincu
kusetubuhi sampai menyayat hati
6 Oktober 2008 tengah malam
di sebuah pertemuan
di sebuah pertemuan
kita adalah obrolan
ada cerita pencarian
tentang kita yang kesorean
melalui perjalanan dan kepasrahan
katapun dikemas
terbawa kalimat deras
terdampar di halaman
tertumpah dalam kegelisahan
pertemuan ini bermisteri
mungkin hati yang terpungkiri
di antara dua wajah hati
ingin kuselipkan imaji
tertanda rasa kerinduan
di sebuah pertemuan
September 2008
kita adalah obrolan
ada cerita pencarian
tentang kita yang kesorean
melalui perjalanan dan kepasrahan
katapun dikemas
terbawa kalimat deras
terdampar di halaman
tertumpah dalam kegelisahan
pertemuan ini bermisteri
mungkin hati yang terpungkiri
di antara dua wajah hati
ingin kuselipkan imaji
tertanda rasa kerinduan
di sebuah pertemuan
September 2008
Kadipaten - Bandung
pergi menjelang sore
elf - mikro ini sesak sekali
duduk di pinggir gadis cantik
mengundang mata melirik-lirik
tubuh kaku tak berkutik
pengap terberat
mata terlelap
tapi tetap aku harus tegap
sore tiba, di kota yang di tuju
menuju tubuh
yang mempunyai kata, nyawa, dan sepi
di sampingmu nanti aku pastikan
sunyimu adalah tetap yang tercantik
6 Oktober 2008
elf - mikro ini sesak sekali
duduk di pinggir gadis cantik
mengundang mata melirik-lirik
tubuh kaku tak berkutik
pengap terberat
mata terlelap
tapi tetap aku harus tegap
sore tiba, di kota yang di tuju
menuju tubuh
yang mempunyai kata, nyawa, dan sepi
di sampingmu nanti aku pastikan
sunyimu adalah tetap yang tercantik
6 Oktober 2008
menggores sore
senja buram ditengah kemarau
aku melarut
pada sorot mata terbingkai
serta senyum mungil mengalir
setapak demi setapak
langkah terlukis di hamparan hitam
menjejak pada detik - menit terbuang
lewat keberduaan kita menggores sore
September 2008
aku melarut
pada sorot mata terbingkai
serta senyum mungil mengalir
setapak demi setapak
langkah terlukis di hamparan hitam
menjejak pada detik - menit terbuang
lewat keberduaan kita menggores sore
September 2008
kamu
sepi disini
temaram remang remang
melawan gelap menakutkan
di dalam, di sini
demi kamu seutuhnya kamu
di ruang empat sisi
aku terkuliti
September 2008
temaram remang remang
melawan gelap menakutkan
di dalam, di sini
kamu terbang
kamu melayang
kamu mengawang
kamu membayang
kamu terkenang
merekah
setengah
terkunyah
oleh
ruang otak tak bersisi
kamu melayang
kamu mengawang
kamu membayang
kamu terkenang
merekah
setengah
terkunyah
oleh
ruang otak tak bersisi
demi kamu seutuhnya kamu
di ruang empat sisi
aku terkuliti
September 2008
hujat aku
hujat aku dengan sikap kerasmu
agar menjelma kegilaan hasrat
hujat aku dengan celoteh sinismu
supaya lahir cemas dan khawatir
dengan diam diam
aku mencairkan mataharimu
dengan diam diam pula
aku mencari muara dari hasil yang kucairkan
September 2008
agar menjelma kegilaan hasrat
hujat aku dengan celoteh sinismu
supaya lahir cemas dan khawatir
dengan diam diam
aku mencairkan mataharimu
dengan diam diam pula
aku mencari muara dari hasil yang kucairkan
September 2008
refleksi keganjilan
sudahlah,
kita memang mengganjilkannya
ketika semua menggenapkannya
kau bilang ini aneh
lantas akan kau sebut apa lagi hal ini?
kita memang merindukannya
tentang mimipi yang membara
tentang satu kata yang menggelora
: cinta
itulah masalahnya
September 2008, (cinta yang tidak harus diucapkan)
kita memang mengganjilkannya
ketika semua menggenapkannya
kau bilang ini aneh
lantas akan kau sebut apa lagi hal ini?
kita memang merindukannya
tentang mimipi yang membara
tentang satu kata yang menggelora
: cinta
itulah masalahnya
September 2008, (cinta yang tidak harus diucapkan)
tentang satu engkau
segalanya kau pertanyakan
kecuali lembut keperempuananmu
kau merasa dirimu
kau merasa batu
suka - tidak tetap satu dirimu
dengan seribu kail kau tak tergoyahkan
kenapa pula kau risaukan
antara nyaman dan tenang
jika kau menikmati dirimu
maka kaulah nyaman dan tenang itu
begitupun untukku
September 2008
kecuali lembut keperempuananmu
kau merasa dirimu
kau merasa batu
suka - tidak tetap satu dirimu
dengan seribu kail kau tak tergoyahkan
kenapa pula kau risaukan
antara nyaman dan tenang
jika kau menikmati dirimu
maka kaulah nyaman dan tenang itu
begitupun untukku
September 2008
menuju ujung
dan silakan mendakilah
mengeja langkah petualanganmu
bersama senja yang di tinggalkan
menuju fajar yang tak terlupakan
menjumpai adalah harapan
bagi setiap gelisah yang terisyaratkan
cobalah menjelma angin
agar bisa cepat memahat gunung
dengan berpangku pada timbunan dingin
lewat malam menuju puncak paling terujung
puncak ketinggianku cemburu murka pula
ketika kau bilang bahagia di dalamnya
saat kau menyetubuhinya
saat kau berada di puncak gunung itu
September 2008
mengeja langkah petualanganmu
bersama senja yang di tinggalkan
menuju fajar yang tak terlupakan
menjumpai adalah harapan
bagi setiap gelisah yang terisyaratkan
cobalah menjelma angin
agar bisa cepat memahat gunung
dengan berpangku pada timbunan dingin
lewat malam menuju puncak paling terujung
puncak ketinggianku cemburu murka pula
ketika kau bilang bahagia di dalamnya
saat kau menyetubuhinya
saat kau berada di puncak gunung itu
September 2008
catatan menjelang pagi
pagi buta membabibuta
bagi kata tak berkatakata
tak peduli sehuruf atau sekata
kenapa kau diam tak berada ada
lewat fajar kutitip sapa
terima kasih untuk pagi yang bersuara
September 2008
bagi kata tak berkatakata
tak peduli sehuruf atau sekata
kenapa kau diam tak berada ada
lewat fajar kutitip sapa
terima kasih untuk pagi yang bersuara
September 2008
jangan tanyakan
mohon jangan bertanya
tentang aku di hari ini
ketika aku masih mengeja huruf
tentang kehidupan
belajarku tak akan pernah usai
seseringnya kau ziarahi
pusaran realitas kelas
zaman hariku tetap kuciptakan sendiri
memang aku terjepit
saat kau tabur pertanyaan
sederhananya
aku mungkin merusak hidupku
tanpa masa depan yang kutafsirkan
aku tersangkut pada dekapan ruang
tapi aku jalani sebagai perjalanan usang
September 2008
tentang aku di hari ini
ketika aku masih mengeja huruf
tentang kehidupan
belajarku tak akan pernah usai
seseringnya kau ziarahi
pusaran realitas kelas
zaman hariku tetap kuciptakan sendiri
memang aku terjepit
saat kau tabur pertanyaan
sederhananya
aku mungkin merusak hidupku
tanpa masa depan yang kutafsirkan
aku tersangkut pada dekapan ruang
tapi aku jalani sebagai perjalanan usang
September 2008
ketika terdiam
kalimatku tersumbat
kau menghitung detik
wajahku tampak pucat
kau membuatku tak berkutik
September 2008
kau menghitung detik
wajahku tampak pucat
kau membuatku tak berkutik
September 2008
hadiah untuk sang adik
di tepi jalan pada persimpangan
empat jalur yang tak pernah mati
pejalan-pengendara tanpa hilang batas
malam aspal tergilas oleh pelintas
di tepi jalan pada pendamparan
di bawah sinar kemodernan
di satu toko, satu harga tetap merogoh
mencari yang berarti untuk arti dari sang adik
lama benar harus terdampar
melelahkan mata, melangkah membolak balik
tapi dengan candamu sungguh menyenangkan
semoga yang berarti memiliki arti sampai ke hati
memang
kau kakak yang baik
tahu benar selera sang adik
September 2008
empat jalur yang tak pernah mati
pejalan-pengendara tanpa hilang batas
malam aspal tergilas oleh pelintas
di tepi jalan pada pendamparan
di bawah sinar kemodernan
di satu toko, satu harga tetap merogoh
mencari yang berarti untuk arti dari sang adik
lama benar harus terdampar
melelahkan mata, melangkah membolak balik
tapi dengan candamu sungguh menyenangkan
semoga yang berarti memiliki arti sampai ke hati
memang
kau kakak yang baik
tahu benar selera sang adik
September 2008
antara nisan dan percakapan
siang ini terlalu menggairahkan
duabelas
panas
di rabu yang berduka cita
duaempat
menggeliat
di antara nisan dan percakapan
sembilan
memainkan
kau terbalut memainkan sukma
duaribudelapan
terperankan
ternyata
pada setiap angka
rindu bukanlah isyarat
bersama puisi kau melebur
menjadi sebentuk
kesunyian
yang tersunyi
yang terberkati
yang terindui
September 2008
duabelas
panas
di rabu yang berduka cita
duaempat
menggeliat
di antara nisan dan percakapan
sembilan
memainkan
kau terbalut memainkan sukma
duaribudelapan
terperankan
ternyata
pada setiap angka
rindu bukanlah isyarat
bersama puisi kau melebur
menjadi sebentuk
kesunyian
yang tersunyi
yang terberkati
yang terindui
September 2008
pada petang itu
petang hari di keramaian
tersesat di hiruk warna kesibukan
duduk manis bersama es termanis
kau di sampingku berparas gemas
petang untuk berdo'a tiba
bedug menggema menggedor dahaga
petang jauh mengabur
dan malam siap melambai
pada petang itu
di jalan ramai yang melelahkanmu
kau masih saja
tetap tampak lucu
September 2008
tersesat di hiruk warna kesibukan
duduk manis bersama es termanis
kau di sampingku berparas gemas
petang untuk berdo'a tiba
bedug menggema menggedor dahaga
petang jauh mengabur
dan malam siap melambai
pada petang itu
di jalan ramai yang melelahkanmu
kau masih saja
tetap tampak lucu
September 2008
di kampung ini
inilah panas menebar siang
hari ini matahari terlalu gagah
silau menyengat sampai kedarah
tubuh ini terlalu letih
menyangga siang
menganga kepanasan
pada persetubuhan dengan awan
di kampung ini
tubuh ini meleleh
tak berbentuk
meracau
kacau
tapi
di sampingmu kini
perjumpaan hari ini
kau menjadi gubuk penyejuk
seperti kesuburan embun di ubun - ubun
September 2008
hari ini matahari terlalu gagah
silau menyengat sampai kedarah
tubuh ini terlalu letih
menyangga siang
menganga kepanasan
pada persetubuhan dengan awan
di kampung ini
tubuh ini meleleh
tak berbentuk
meracau
kacau
tapi
di sampingmu kini
perjumpaan hari ini
kau menjadi gubuk penyejuk
seperti kesuburan embun di ubun - ubun
September 2008
selamat siang
di siang yang terpanas
kujelajahi namamu di aspal
dalam bayang rambut terbaru
gumamku menjamur
sebelum bertegur
kata tengah kuukir
dengan kata sejuta rayu
langkahku menyapa dahulu
berucap kaku
; selamat siang, apa kabarmu?
September 2008
kujelajahi namamu di aspal
dalam bayang rambut terbaru
gumamku menjamur
sebelum bertegur
kata tengah kuukir
dengan kata sejuta rayu
langkahku menyapa dahulu
berucap kaku
; selamat siang, apa kabarmu?
September 2008
bagaimana aku menyapamu
bagaimana aku menyapamu
di ujung jalan selamat datang
menyambut rindu berpaut malu
untuk berpeluk tatap mendayu
gemetarku di ujung dagu
sembilu haru begitu merdu
haruku harum merayu
sebelum bertegur
tersenyumlah dahulu
Agustus 2008
di ujung jalan selamat datang
menyambut rindu berpaut malu
untuk berpeluk tatap mendayu
gemetarku di ujung dagu
sembilu haru begitu merdu
haruku harum merayu
sebelum bertegur
tersenyumlah dahulu
Agustus 2008
Meditasi Introspeksi
aku ini debu
terbaring
meringis
lenyap kehilangan sayap
aku ini derita
tervonis
tergilas
kalap terasa menyelinap
kehampaan mengancam
lalu meretak menghancurkan cinta
September 2008
terbaring
meringis
lenyap kehilangan sayap
aku ini derita
tervonis
tergilas
kalap terasa menyelinap
kehampaan mengancam
lalu meretak menghancurkan cinta
September 2008
ini, itu haru
inikah aku
tanpa alasan
itukah kamu
tanpa balasan
ini
itu
tetap saja
pisau
palu
tetap mengenaiku
merontokan aku disuasana haru
Agustus - September 2008
tanpa alasan
itukah kamu
tanpa balasan
ini
itu
tetap saja
pisau
palu
tetap mengenaiku
merontokan aku disuasana haru
Agustus - September 2008
usai, selesai ...
ini aku yang kau binasakan
pada malam tanpa batas
sepi sunyi dan sepi mencekam
suaramu dan lolongan itu
pada detak hati yang bergolak: untukmu
penghabisan sudah selesai
pembantaian kata telah punah
aku tersungkur di kedalaman malam
menuntut kamu yang menghilang
aku sudah usai
malam telah selasai
mata pun terkulai
tak ada gerak untuk berontak
hatiku pun telanjang
terludahi
tersudahi
oleh diri sendiri
lagi
Agustus - September 2008
pada malam tanpa batas
sepi sunyi dan sepi mencekam
suaramu dan lolongan itu
pada detak hati yang bergolak: untukmu
penghabisan sudah selesai
pembantaian kata telah punah
aku tersungkur di kedalaman malam
menuntut kamu yang menghilang
aku sudah usai
malam telah selasai
mata pun terkulai
tak ada gerak untuk berontak
hatiku pun telanjang
terludahi
tersudahi
oleh diri sendiri
lagi
Agustus - September 2008
kita adalah
kelam
muram
suram
saat lalu
saat ini
saat nanti
dimana kata
yang dapat menyamankan kita
kita adalah kepura-puraan
yang disentuh tatanan kemunafikan
muak
keok
kikuk
jika kita tak bisa lagi
menghormati kata-kata
seperti apa gerangankah?
2008
muram
suram
saat lalu
saat ini
saat nanti
dimana kata
yang dapat menyamankan kita
kita adalah kepura-puraan
yang disentuh tatanan kemunafikan
muak
keok
kikuk
jika kita tak bisa lagi
menghormati kata-kata
seperti apa gerangankah?
2008
dimana kau?
mendiamkan malam
dalam kebisuanmu
adalah melanggengkan
terhentinya sejarah malam ini
kau adalah bayangan
yang tak tersentuh
bagi sunyi malamku
hanya keheningan
dan kegalauan
hanya angin
yang tak pernah aku undang
... - 2008
dalam kebisuanmu
adalah melanggengkan
terhentinya sejarah malam ini
kau adalah bayangan
yang tak tersentuh
bagi sunyi malamku
hanya keheningan
dan kegalauan
hanya angin
yang tak pernah aku undang
... - 2008
hari yang basah
haruskah bersedih
seperti aku
seperti pohon
seperti hujan
kaku dan dingin
searah jarum jam
yang menghabiskan hari
yang ditinggalkan paman matahari
mari buka kembali dengan malam
mengadu pada ibu bulan
duduklah dipangkuannya
dan mari mengeja lagi
apa yang harus dilakukan esok hari
2008
seperti aku
seperti pohon
seperti hujan
kaku dan dingin
searah jarum jam
yang menghabiskan hari
yang ditinggalkan paman matahari
mari buka kembali dengan malam
mengadu pada ibu bulan
duduklah dipangkuannya
dan mari mengeja lagi
apa yang harus dilakukan esok hari
2008
tinggi asa
melelahkan
menegangkan
mengharukan
bumi kupijak
langit kuimpikan
matahari terpaku kikuk
dewa - dewi
terbahak ngakak
asa jadi lelucon
mari tertawalah
... - 2008
menegangkan
mengharukan
bumi kupijak
langit kuimpikan
matahari terpaku kikuk
dewa - dewi
terbahak ngakak
asa jadi lelucon
mari tertawalah
... - 2008
ruang diri
hambar sekali hari ini
hujan
angin
lukisan
buku
harapan
gelisah
sunyi
senyap...
menakutkan sekali hidup ini
... - 2008
hujan
angin
lukisan
buku
harapan
gelisah
sunyi
senyap...
menakutkan sekali hidup ini
... - 2008
malam adalah lamunan
satu malam, satu kegelisahan
semua malam masuk makam
bagi yang tak bisa meraba kemapanan
malam adalah lamunan
yang terikat kalut
kegetiran di peradaban
dunia globalisaSHIT
2008
semua malam masuk makam
bagi yang tak bisa meraba kemapanan
malam adalah lamunan
yang terikat kalut
kegetiran di peradaban
dunia globalisaSHIT
2008
aku tidak paham
aku tidak paham
menanggung keraguan sendiri
berharap bukan lagi kebahagiaan
aku termenung
langit tersenyum
cahaya mengembang
awan menghukum
apa itu berarti musim hujan tidak lama lagi?
2008
menanggung keraguan sendiri
berharap bukan lagi kebahagiaan
aku termenung
langit tersenyum
cahaya mengembang
awan menghukum
apa itu berarti musim hujan tidak lama lagi?
2008
entah
entah terlalu mentah
sumpah seperti sampah
dan kasih hanyalah kisah
apakah aku salah
lelah
pasrah
kalah
seolah tak pernah punah
bisakah
berceloteh
tentang kemaraukah?
... - 2008
sumpah seperti sampah
dan kasih hanyalah kisah
apakah aku salah
lelah
pasrah
kalah
seolah tak pernah punah
bisakah
berceloteh
tentang kemaraukah?
... - 2008
untitled
sungguh
aku rindu dengan jatuh cinta
tapi
globalisasi
kapitalis
dan pasar bebas
menakutkan aku
untuk mencintai
dan dicintai
sumpah
aku hanya ingin pergi
berlari, kabur dan terkubur
sendiri, terasing
jauh dan tersingkir
mencari senjata che guevara
agar pada suatu hari
bisa terucap
aku jatuh cinta padamu
Agustus 2008
aku rindu dengan jatuh cinta
tapi
globalisasi
kapitalis
dan pasar bebas
menakutkan aku
untuk mencintai
dan dicintai
sumpah
aku hanya ingin pergi
berlari, kabur dan terkubur
sendiri, terasing
jauh dan tersingkir
mencari senjata che guevara
agar pada suatu hari
bisa terucap
aku jatuh cinta padamu
Agustus 2008
Menetralisir Kegelisahan
Aku, selalu saja tidak pernah mau mengakui tentang perasaan yang tergelisahkan ini hanya karena pikiranku berkecamuk. Aku kini ditempatkan dalam kontradiksi jarak antara ketulusan dan kemunafikan. Ketulusan seakan membuatku bodoh, mengkonyolkan diri sendiri yang aku anggap esensi dari halusinasi akan realitas. Kemunafikan malah menguatkan ketenanganku bahwa aku terperangkap di dalam kontrol teknologis perasaan dengan mengalami keterasingan.
Mekanisme lain dari karakter perasaanku adalah otoriter, memaksaku terpencil dan tak berdaya. Membijaksanakan diri adalah salah satu untuk menetralisir keangkuhan dari kebutuhan dasar atas suatu yang membahagiakan walaupun pada akhirnya akan menyakitkan.
Aku tidak tahu, apakah aku merasa eksistensiku terancam hanya karena kehendak perasaan dan pikiran yang seakan aku anggap palsu. Menafsirkan diri adalah ketika rasa sakit itu ada dan aku merasa ada sebagai realitas diri yang ada, membingungkanku, tolong aku perlu air putih untuk menetralisirnya.
Biar selesai penderitaan ini, biar berakhir juga cerita gelisah ini dan aku membutuhkanmu untuk menetralisir kegelisahan ini. Jangan lupa bawa air putihnya.
Agustus 2008
Mekanisme lain dari karakter perasaanku adalah otoriter, memaksaku terpencil dan tak berdaya. Membijaksanakan diri adalah salah satu untuk menetralisir keangkuhan dari kebutuhan dasar atas suatu yang membahagiakan walaupun pada akhirnya akan menyakitkan.
Aku tidak tahu, apakah aku merasa eksistensiku terancam hanya karena kehendak perasaan dan pikiran yang seakan aku anggap palsu. Menafsirkan diri adalah ketika rasa sakit itu ada dan aku merasa ada sebagai realitas diri yang ada, membingungkanku, tolong aku perlu air putih untuk menetralisirnya.
Biar selesai penderitaan ini, biar berakhir juga cerita gelisah ini dan aku membutuhkanmu untuk menetralisir kegelisahan ini. Jangan lupa bawa air putihnya.
Agustus 2008
Romantika Cinta Di Area Konsumerisme
Cahayapun terkekang dalam kerlap-kerlipnya modernisme, kalaupun masih tampak, itupun pucat. Terus terang aku tak kuasa menahan pertanyaan dibenakku " apakah harus ada harga untuk sebuah rasa cinta?"
Mari kita sambut tatanan zaman saat ini dan kita berdialog antara suara sepi dan ramainya suara kesibukan serta pengembaraan diri yang seringkali tidak kita temui dan tak terusaikan.
Sungguh. Aku terlalu dangkal untuk memahami hidup apa lagi tentang rasa, inikah keterasingan? kemarau sekarang ini mengoyak perutku menyuruhku untuk mengaburkan rasa dan dengan searah jarum jam, detik berdetak ditembok untuk merapuhkanku.
Ayolah... ini bukan melankolis yang dicap sebagai bentuk kepengecutan, ini tentang realita, senyumanpun sekarang ini harus dibeli dan memang inilah kenyataannya. Ini tahun 2008, bukan lagi tahun 1850, dimana romantisisme menjadi budaya.
Itu artinya sebelum berbicara tentang cinta masih ada yang lebih utama untuk dipertanyakan, maksudnya, saat ini cintapun butuh modal layaknya kita akan melakukan wirausaha. Cinta macam apapun juga memang seperti itu, entah sekedar untuk berbincang ataupun bersenggama.
Begitulah saat ini, karena hari ini aku berpikir bahwa "jika bersikap realistik cinta sama dengan laba, jika kita menganggap hasrat sebagi kenyataan manusia sama dengan komoditi dan pertanyaan tentang hidup sama omong kosongnya dengan diri sendiri dan tatanan dunia yang kita diami saat ini."
Agustus 2008
Mari kita sambut tatanan zaman saat ini dan kita berdialog antara suara sepi dan ramainya suara kesibukan serta pengembaraan diri yang seringkali tidak kita temui dan tak terusaikan.
Sungguh. Aku terlalu dangkal untuk memahami hidup apa lagi tentang rasa, inikah keterasingan? kemarau sekarang ini mengoyak perutku menyuruhku untuk mengaburkan rasa dan dengan searah jarum jam, detik berdetak ditembok untuk merapuhkanku.
Ayolah... ini bukan melankolis yang dicap sebagai bentuk kepengecutan, ini tentang realita, senyumanpun sekarang ini harus dibeli dan memang inilah kenyataannya. Ini tahun 2008, bukan lagi tahun 1850, dimana romantisisme menjadi budaya.
Itu artinya sebelum berbicara tentang cinta masih ada yang lebih utama untuk dipertanyakan, maksudnya, saat ini cintapun butuh modal layaknya kita akan melakukan wirausaha. Cinta macam apapun juga memang seperti itu, entah sekedar untuk berbincang ataupun bersenggama.
Begitulah saat ini, karena hari ini aku berpikir bahwa "jika bersikap realistik cinta sama dengan laba, jika kita menganggap hasrat sebagi kenyataan manusia sama dengan komoditi dan pertanyaan tentang hidup sama omong kosongnya dengan diri sendiri dan tatanan dunia yang kita diami saat ini."
Agustus 2008
Monday, October 06, 2008
Gaduh
ramai di sini. mengepung urat saraf
antagonis membusung tegap. meregang
angkuh tak sekejap. ramai berfoya
tubuh bau kota menyengat berpesta
sepanjang pejalan, malam menjalar
ramai...
berdesak-mendesak beriak tak berpojok
segala menderu sampai seru mengguruh
meraya kemenangan menggantung harapan
membenamkan tatapan dalam rupiah
dari pembantaian catatan hari raya
kadipaten, 1-2 oktober 2008
antagonis membusung tegap. meregang
angkuh tak sekejap. ramai berfoya
tubuh bau kota menyengat berpesta
sepanjang pejalan, malam menjalar
ramai...
berdesak-mendesak beriak tak berpojok
segala menderu sampai seru mengguruh
meraya kemenangan menggantung harapan
membenamkan tatapan dalam rupiah
dari pembantaian catatan hari raya
kadipaten, 1-2 oktober 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)