Translate

Tuesday, January 26, 2016

R.E.S.A.H

Oleh : Dadann Jek
Ditulis untuk kebutuhan Explorasi Teater
Dramaticover Tetap Dalam Jiwa – Isyana Sarasvati
Dari sutradara Ocky SandiLemon

Kadipaten, Akhir Januari 2016

resah telah dilahirkan, dia ada di antara waktu dan cuaca. di antara tubuh-tubuh yang menguap dan bersemayam tetap dalam jiwa.

saat ini pun aku berada di dalamnya dan tak pernah terbayang akan jadi seperti ini pada akhirnya. segala gejolak detik yang meramu tubuhku menjadi lirih berkeping-keping hingga suara kereta yang meluncur pada detak jantung, kini kurasakan semuanya bermuara di sudut penjuru bumi paling sempit dari tubuhku.

dan aku adalah tubuh yang kau sandarkan pada duka, itu terjadi saat kita mulai menebar jala untuk mengikat tubuh di ruang angkasa. ketika aku siap membasahimu dengan darahku melalui peluru dari televisi yang menyajikan semua waktu yang pernah kita lewati. kini kelopak matamu menunggang kuda bayangan yang larut pada gelap hingga bersamanya t’lah hilang dan sirna dalam bintang-bintang yang mengerdip perlahan dan hening tak bersuara.

semua kita lalui dari hitam putih berlalu. semua telah diucapkan dengan janji kita menunggu. tapi kulihat engkau menggali pohon berbunga dari hatiku yang telah kujaga akar-akarnya dan lalu seolah kau bilang : “tapi kita tak mampu”. aku hanya mencoba membuka mata dan menjadi pelontar untuk membawamu kembali kepada pintu-pintu ruang angkasa dan berharap seribu satu cara kita lewati tuk dapatkan semua jawaban ini, tapi kau terus menjelma menjadi pedang yang tersangkut di malam dan menghujam membinasakanku.

seluruh tubuh adalah samudera yang ditanami rusuk-rusuk rapuh, dan bila memang harus berpisah menjadi angin disepanjang pasir yang tak berjejak, berpisahlah di antara perapian yang membawa kita ke langit tinggi disitu aku akan tetap setia dalam sayap-sayap daun menuju tangisan hujan hingga tersesat. bila memang ini ujungnya di bawah sadarku akan tumbuh keanggunanmu yang berpantul-pantul dalam gelombang tawa kecilmu, dan teriakanku yang terdalam aku akan menjadi asap pengembaraan hingga kau kan tetap ada di dalam jiwa.

tersesat pada resah akan merajamku dan itu sedang kurasakan, sedangkan kau akan selalu menjadi kosong dan tersembunyi. memang kita tak bisa tuk teruskan dan telah terlampau jauh, dalam dan rahasia. dunia kita berbeda di antara dalamnya bumi dan tingginya langit yang menyatakan bahwa ku biarkan kau pergi dan ku biarkan diriku resah tanpa dunia menuju bumi yang bertubuh dan menguap. bila memang ini ujungnya maka aku berlindung kapada sepatu menuju langkah tanpa debu yang telah mengajariku satu kecupan bahwa kau kan tetap di dalam jiwa.

ini memang tak mudah tapi kutegar menjalani kosongnya hati. begitulah setelah resah terangkul erat dalam kesetiaan, sesaat engkau tak lagi di sini. dalam segala pertarungan semesta kita akan menguap pada malam dan masing-masing dari kita buanglah mimpi kita yang pernah terjadi. ada yang harus kita lakukan dengan malam yang layu ini agar tersimpan tuk jadi histori bahwa aku dan kau adalah sumber resah dari warna yang asing dan dingin

lupakanlah, hitam putih berlalu dan di stasiun kesedihan tak akan ada lagi kereta bermata bunga yang singgah bersama di sini. bila janji kita menunggu pun itu adalah masa lalu yang harus disikapi dengan pengkhianatan yang wajib dihalalkan. tapi kita tak mampu maka janji kita jadikanlah tangis ragu yang ada di antara dermaga-dermaga rapuh yang akan habis oleh erosi dan hilang. seribu satu cara kita lewati tuk dapatkan semua jawaban ini
, maka apakah ini adalah sebuah kesetiaan ataukah ini adalah perasaan frustasi yang radikal? Sudahlah, mari kita awali lagi dengan satu catatan air putih yang kita teguk lewat pikiran yang berasa haru nasi goreng.

Friday, January 22, 2016

melankolia rindu

sore mencair
mengubah batu menjadi air mata
dan bulan bersiap hadir menyambut

ketika lara adalah kunci dunia
dan tangga telah hilang dari langkah 

maka marah menjadi merah dan terpendam
hingga hati kian teriris gergaji menuju malam

aku berlindung dalam harumnya melati
saat hujan mulai datang menjadi banjir air mata

dan  aku pecah dalam parau
menjadi  dzikir bersuara radio yang tak henti
menuju tak terhingga, hening  
 

Tuesday, January 19, 2016

tanpa judul

aku menyerumu
dijariku, ribuan nama
dengan takdirmu aku ada
bagaimana aku mendekapmu
jika kau begitu tak terhingga
bagaimana aku berucap padamu
jika aku saja tak pernah mengerti
tentang mu
tentang ku
tentang dunia yang kau ciptakan

kita percakapkan
kebaikan dan keburukan
dan pertemuan lama kita
terlalu pahit
jika dijadikan sekedar kata-kata