kota tanpa nafas
sesak berjejal lentera
antara egoisme dan antagonisme
saling mengetuk, mengutuk nasib
tandus, meruntuhkan keutuhan
tumpah, mentuhankan mimpi
disetiap keasingan yang di jejakan
menjelmalah penderitaan yang dijalani
menjadi sosok paling utuh,
seutuh kesibukan, lalu setelahnya
: tertawa
juni 2010
No comments:
Post a Comment