Translate

Monday, February 03, 2020

AMENG BELENTUNG


Pentas Seni Pertunjukan Karya Ocky Sandi
Sebuah Kritik Sosial terhadap pembangunan


Belentung

Berlompatan, ditempatnya
Tanah sawah berlumpur
Suaranya menggembirakan

Belentung adalah nama sejenis Katak/kodok yang bersuara nyaring, suaranya adalah dengkungan merdu bersahut-sahutan. Belentung mempunyai arti kata menurut KBBI adalah Katak Besar (yang berbunyi “tung, tung”). Kodok belentung hanya bisa melompat pendek-pendek, pada hari-hari hujan, kodok belentung ramai berbunyi nyaring di sore hari, bahkan sebelum hari gelap, khususnya jika hujan deras turun di siang harinya. Bersuara merdu, beberapa kodok jantan biasanya mendengkung bersahut-sahutan sambil mengapung berdekatan di genangan air yang dangkal, kolam, atau saluran air yang tersumbat. Bunyinya: “them.. dung, them.. dung” (bunyi pertama terdengar seperti them, phem, atau bleen.. disahuti dengan thung, atau dung dari individu yang lain); agaknya dari sinilah kodok ini memperoleh namanya. Kodok-kodok ini menggembungkan perutnya sambil berenang terapung, lalu memompakan sebagian udara di perutnya itu ke kantung suara di lehernya untuk mendapatkan bunyi dengkung yang nyaring dan keras.1

Ameng Belentung

Agraris berbeton
Hilang lobang tanah
Digerus pembangunan

Ameng Belentung. Dalam hal ini digunakan sebagai idiom untuk sebuah pentas pertunjukan seni yang mengisahkan tentang kritik sosial terhadap konflik agraria. Ameng berasal dari bahasa sunda yang mempunyai arti Main sedangkan belentung adalah Katak besar/Kodok. Lalu kenapa Ameng Belentung menjadi sebuah kritik sosial yang diungkapkan menjadi sebuah pertunjukan seni? Awalnya adalah keprihatinan melihat petani yang tanah sawahnya tergusur atau digusur atas nama pembangunan dan selalu meninggalkan persoalan kemanusiaan dan lingkungan yang disebut konflik agraria, pada tahun 2018 pun naskah pertunjukan ini lahir dengan nama judul hanya Belentung dan sekarang bertransformasi menjadi Ameng Belentung, hal ini berkaitan dengan rasa seni yang metode pertunjukannya diciptakan oleh Ocky Sandi sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Ocky Sandi Metode Ameng Belentung menggunakan Metode Papat Kalima Ameng yang mempunyai fase penciptaan berupa Observasi Kultural (mengenal calon penonton), Kemerdekaan, Imaji, Setting Forum dan Interpartisipa. Metode ini berangkat dari semangat ameng/main bahwa hidup hanyalah tempat bermain di alam dunia ini. Metode Papat Kalima Ameng ini sudah dimulai dari tahun 2010 yang terus menerus diterapkan pada setiap pementasan yang dikerjakan oleh Ocky Sandi. Dan sekarang Metode tersebut dikolaborasikan dengan Holographic Performance yaitu sebuah pentas yang merupakan eksplorasi tubuh aktor yang dikolaborasikan dengan teknik hologram dan living visual mapping di mana peristiwa di atas panggung tidak hanya akan dibahasakan oleh tubuh aktor, tapi terkadang dibahasakan oleh hologram dan living visual mapping atau dibahasakan oleh keduanya secara bersamaan begitulah ungkap Ocky Sandi.

Maka Ameng Belentung adalah sebuah pentas pertunjukan yang murni seni tetapi didalamnya bermuatan kritik sosial karena penggabungan antara seni pertunjukan dan realitas sosial yaitu sebagai refleksi dari konflik agraria yang terjadi, persoalan pembangunan bukan hanya persoalan demi kenyamanan hidup tetapi juga persoalan kebudayaan kemanusiaan, batas-batas dan keseimbangan. Pembangunan pun adalah kehidupan itu sendiri yang harus berpihak kepada nilai lokalitas masyarakat tersebut. Di sini Ameng Belentung mencoba diaplikasikan menjadi sebuah pertunjukan seni yang mempunyai spirit kritik sosial yaitu sebuah refleksi keberpihakan pada petani kecil yang memiliki tanah dan bekerja untuk dirinya sendiri atau buruh tani dan buruh harian. Tanah tetap merupakan modal dasar bagi masyarakat pedesaan dalam membangun, memberi rasa aman dan memelihara mata pencarian yang bisa menopang dan mempertahankan identitas budaya, menggunakan hak sipil, ekonomi, sosial, dan budaya mereka dalam mendorong gerak demokratisasi yang lebih besar. Tanah tak hanya bernilai secara ekonomis namun juga bermakna politis.2
   
Ameng Belentung menjadi sebuah seni pertunjukan yang ditampilkan dalam bentuk pertunjukan yang bercerita,  pakaian dan riasan yang dikenakan, perlengkapan yang digunakan serta ada gerak yang ditarikan hal ini merupakan ungkapan kehendak pelaku seni yang melaksanakannya. Fungsi seni ialah membantu perkembangan kesadaran manusia, membantu memajukan sistem sosial.3  Ameng Belentung mencoba hadir dalam bentuk kesenian, mencoba mempengaruhi terhadap kemajuan dan perkembangan serta pembangunan tatanan sosial berbangsa dan bernegara, dalam kritik sosial yang disuguhkan, ameng belentung memandang bahwa seni adalah sesuatu yang dibuat dari pengolahan ide dan rasa dari kondisi yang mempengaruhinya pada saat itu lalu menjadilah cipta karya, bekerjanya estetika inilah yang memungkinkan seni mampu mengenali kesatuan dan totalitas yang dihubungkan dengan realitas maka akan menjadi manusia yang utuh bagi yang memahaminya. Seni sendiri lebih cendrung dikatakan atau dikaitkan dengan sesuatu yang punya nilai estetika atau keindahan baik secara bentuk, rupa, fungsi dan material yang digunakan.

Belentung VS Pembangunan

Petani sengsara! Tercerabut dari tanahnya
Menderita, dicambuk, dan terbelenggu
Terusir oleh keserakahan pembangunan
Dan kekuasaan terlalu angkuh dan merajalela

Dalam ameng belentung ini, belentung digambarkan sebagai petani yang tergusur atau pihak yang dirugikan oleh kekuasaan/pembangunan, seperti ungkapan Lenin; kaum tani tidaklah homogen. Ada diferensiasi kelas didalamnya. Sebagian besar diantaranya tergolong proletariat sehingga harus dijadikan subjek revolusi. Diferensiasi inilah yang disebut belentung yaitu buruh tani dan buruh harian atau petani kecil yang memiliki tanah dan bekerja untuk dirinya sendiri. Hal ini menjadi sebuah kontradiksi atau pertentangan antara kaum yang terusir dan kaum pengusir, kontradiksi ini menjadi keberadaan dalam waktu yang lama di dalam satu tatanan sosial berbangsa dan tentunya bagi mereka yang menyadarinya dengan keadaan tersebut. Maka Marx menurunkan tesisnya, yaitu sejarah kemanusiaan yang berubah dari satu formasi sosial ekonomi ke formasi yang lebih baru. Meningkat dalam lompatan-lompatan yang revolusioner.4 inilah yang disebut Marx sebagai materialisme historis. Seperti yang diungkapkan Mao Tse-Tung dalam bukunya yang berjudul Kontradiksi ; “Di dalam sejarah manusia, antagonisme di antara kelas-kelas ada sebagai pernyataan khusus dari perjuangan di dalam kontradiksi.”5  

Seni dan Pembangunan

Selalu terjadi!
Tanah subur dan dingin ini
menjanjikan kemakmuran padaku,
Padaku,
Namun aku berduka dengan cambukan dan air mata
Kekuasaan menggusurku,
Tanah adalah rezeki dari Tuhan sepenuhnya
Tapi kapitalisme merampasnya.
Inilah kontradiksi sejarah umat manusia.

Pembangunan apapun bentuknya berupa kebaikan atau keburukan akan mempengaruhi kebudayaan yang telah terbangun secara alamiah, pembanguanan akan menjadi sumber kebudayaan yang baru dan ini akan menjadi kontardiksi bagi kebudayaan sebelumnya inilah yang akan menetukan sejarah kedepannya. Seni lahir dari kebudayaan yang ada maka alangkah wajibnya jika seni harus menjadi kritik sosial bagi pembangunan yang akan berkontradiksi tersebut.

Seni dan budaya menjadi perspektif dalam pentingnya perencanaan pembangunan. Perkembangan pembangunan sangat berpengaruh tinggi terhadap budaya suatu daerah atau bangsa dan negara dan peran seni sangatlah penting karena dalam seni ada nilai-nilai luhur kehidupan yang bisa menjadi landasan pada sebuah kehidupan yang bersosial. Dalam pemikiran Marx menjadi arah untuk tindakan, dan kemudian masih disertai dengan analisis historis konkret terhadap berbagai kontradiksi perkembangan historis.6

Seni dan pembangunan haruslah berkeadilan, sederhana dan berkemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai kebudayaan sebagai corak yang berkepribadian dalam berbangsa dan menjadi langkah strategis dalam mengembangkan potensi dan kearifan lokal hingga menjadi identitas yang menunjang perputaran ekonomi yang berbasis kawasan, hingga pembangunan tidak lagi menjadi hal yang merampas dan berkontradiksi.
Panjang umur alam raya!!!

Daftar Pustaka :
1.      http://id.m.wikipedia.org/wiki/belentung
2.   Saturnino M. Borras Jr. La Via Campesina Potret Gerakan Tani Transnasional, Bandung: Garis Pergerakan 2005: hlm, 9.
3.      G. Plekhanov. Seni dan Kehidupan Sosial, Bandung: Ultimus 2006: hlm, 1.
4.   Andi Muawiyah Ramli. Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis), LkiS Yogyakarta 2000: hlm, 134.
5.      Mao Tse-Tung, Kontradiksi, Teplok Press 2000 : hlm, 91. Terjemahan Ismail.

6.      Greg Sutomo, Krisis seni krisis kesadaran, Kanisius Yogyakarta 2003 : hlm, 31.


Tuesday, September 24, 2019

MALAM TANPA AKSARA

tidak lagi kutemukan aksaramu di malam ini
kepadamu yang entah dan kepadaku yang kehilangan
kita adalah ketololan yang dirundung pilu
karena kesunyian adalah sarang kita untuk hidup

tidak kulihat lagi aksaramu menari di sini
itu, saat kau hilang sekian detik lamanya
lalu kemanakah aksaramu kini dalam detik itu?
kesendirian ditekan, terdesak sunyi yang bernyanyi

di antara malam dan kesendirian tanpa aksaramu.
mengheninglah lakon aksara di tubuh sepiku.

September 2019

Monday, September 23, 2019

O, TUHAN…

gerimis menderai dalam uraian rindu dan
waktu menerus membakarku, disetiap menit,
detik  aku bernapas, aku merasa hidupku
berubah menjadi neraka.

aku tidak mampu lagi memanggil-manggilmu
dengan kata-kata yang tak mampu aku
terjemahkan.

aku yang menggigil dan membeku, terlempar
pada dunia yang penuh orang lain, asing. kini,
tak peduli lagi kau akan datang atau aku yang
akan berpulang.

Maret 2019 

AKU, KOPI & KAWANKU

                            Untuk Hendra Wahid

kami sama berusaha penuh
menaklukan hidup
untuk kopi menumbuhi tubuh

siapa menduga ?
angka-angka kian meredup
karena hidup kian mendera
hilang tenggelam
hingga tak punya arti

engkau yang selalu dekat
memberi hidup tanpa penat
untuk aku yang susah pekat


Maret 2019

SETANGKAI GERIMIS

ingin ku berkirim sapa malam ini,
tapi dengan setangkai gerimis aku
menyapamu.
gerimis sudah dua jam lamanya dan aku
masih menunggu
untuk mendapatkannya.
setangkai gerimis akan ku bawa untuk
menyapamu, tunggulah sampai aku
mendapatkannya.

Februari 2019

MENJUAL KOPI

                       Kepada Oom Somara de Uci 

aku mendatangimu,
saat beras habis, otak krisis
tuhan mengabur kabur
kemiskinan kelam membatu
menghantam hidup berpilu kelu
di sini tidak ada apa-apa
susah, memperkelam segala
ini dunia asing dan tak peduli
suara hilang, mata berlinang

kepada engkau pembeli teguh
di depanmu aku berterima kasih
empat nyawa dihidupi, di sini!



Februari 2019

KOPI TUBRUK

bercumbulah gula kopi
tak pudar rasa
menjadilah rasa cinta

Oktober 2018